JAKARTA - Buni Yani, S.S., M.A. (lahir 16 Mei 1969) adalah seorang politikus, peneliti, dan mantan jurnalis dan dosen Indonesia. Ia mulai dikenal populer sebagai pengunggah video pidato kontroversial Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta pada 27 September 2016.
Video berdurasi 30 detik itu, di mana Ahok mengucapkan pernyataan kontroversial secara sadar melakukan penistaan agama dengan sembrono mengaitkan tafsiran QS. Al-Maidah 51 (Kasus Al-Maidah 51), akhirnya menjadi sorotan publik dan viral sehingga terjadi kegaduhan nasional dan aksi massa besar-besaran (Aksi 5 November dan Aksi 2 Desember/212) 2016 kepada Ahok, menuntut penahanan atas tuduhan menista agama dan menghujat Al-Qur’an.
Buni dilahirkan di Dusun Muntut, Desa Rensing, Kecamatan Sakra Barat, Kabupaten Lombok Timur pada 16 Mei 1969. Ia adalah anak ketiga dari enam bersaudara dari keluarga pedagang. Ia dikenal ibunya sebagai anak yang pintar, pendiam, penyabar, jarang bermain, dan suka membaca.
Buni mengenyam pendidikan di SMP Negeri 1 Sakra dan SMA Negeri 1 Mataram. Ia menamatkan pendidikan tinggi pada 1993 di S-1 Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas Udayana, Bali. Pada 2000, ia kemudian mendapatkan beasiswa pendidikan dan meraih gelar Master of Arts dalam studi Asia Tenggara dari Ohio University, Amerika Serikat (AS) pada 2002. Terakhir ia menempuh pendidikan untuk gelar Doktoral sekaligus menjadi peneliti di Faculty of Social and Behavioral Sciences, Institute of Cultural Anthropology and Development Sociology, Leiden University, Belanda.
Buni Yani dikenal aktif sebagai jurnalis sejak 1996 hingga 1999 melalui RCTI, pernah bekerja sebagai wartawan untuk Australian Associated Press (AAP) dan sering menulis tentang isu-isu terkait Asia Tenggara. Ketika di Amerika Serikat, pria yang tinggal di Depok, Jawa Barat, ini juga pernah menjadi jurnalis untuk Voice of America (VOA).
Terakhir, Buni Yani pernah bekerja sebagai dosen/staff pengajar di STIKOM London School of Public Relations (LSPR), Jakarta, sejak 2004 hingga mengundurkan diri pada 2016.